Infeksi nosokomial adalah infeksi yang belum ada ketika pasien masuk rumah sakit dan kemudian muncul ketika dalam masa perawatan inap di rumah sakit(umumnya 3x24 jam). Demikian kurang lebih pengertian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial telah menyebar secara luas. Mereka juga merupakan kontributor untuk meningkatnya morbiditas dan kematian. Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini.
Penyebaran utama penyebaran Infeksi nosokomial adalah :
- Endogenous, self-infection atau auto-infection. Agen penyebab terjadinya infeksi nosokomial berasal dari pasien itu sendiri dan muncul ketika sedang rawat inap di rumah sakit sebagai akibat dari menurunnya daya imunitas tubuh pasien. (contohnya luka operasi yang belum sembuh dipegang dengan tangan pasien yang tidak bersih)
- Cross contamination diikuti dengan cross infection. Penyebaran infeksi nosokomial melalui kontak dengan agen kausatif baru yang kemudian terjadi infeksi baru. Kontak ini bisa berasal dari petugas paramedis, pasien lain, dan lingkungan seperti air, udara, makanan, serta prosedur dan alat medik (ventilator, iv line, catheter)
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah dengan cara meningkatkan kemampuan setiap petugas kesehatan dalam metode Universal Precautions atau dalam bahasa kita adalah Kewaspadaan Universal ( KU ) yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Cara Pengendalian Pencegahan infeksi nosokomial pada strategi Universal Precautions adalah meliputi beberapa hal di bawah ini :
- Personal hygiene
- Cuci tangan menggunakan sabun atau disinfektan dan air mengalir
- Penggunaan baju pelindung, masker, sarung tangan, dan penutup kepala
- Sterilisasi, desinfeksi, antiseptik dan dekontaminasi
- Kewaspadaan Universal pada pengelolaan dan penggunaan alat tajam(injeksi, iv line)
- Pengelolaan limbah dan lingkungan
- Surveilance
- Penetapan standar dan prosedur kerja
Surveilance ini dilakukan dengan harapan dan juga tujuan :
- Menurunnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit
- Menurukan angka morbiditas dan mortalitas pasien
- Mengubah prilaku tenaga kesehatan
- Melindungi tenaga kesehatan agar lebih waspada terhadap sumber infeksi di rumah sakit
- Infeksi saluran kemih (paling sering). Infeksi ini paling sering disebabkan oleh pemasangan catheter. Biasanya terjadi apabila pemasangan yang tidak steril, fikasi yang kurang kuat, pemasangan melewati batas pengunggunaan( sebaiknya diganti 5-7 hari).
- Infeksi vaskuler. Paling banyak disebabkan oleh pemasangan infus. Sumber infeksi bisa berasal dari waktu dan cara pemasangan infus, jarum dan infus set, serta botol infus itu sendiri.
- Infeksi luka operasi. Resiko terjadinya infeksi luka operasi tergantung kepada jenis, macam operasi, keadaan umum penderita, ketrampilan dokter bedah, dan proses perawatan luka.
- Infeksi luka non operasi. Contohnya pada penanganan luka bakar dan dekubitus.
- Infeksi saluran pernapasan. Predisposisi terjadinya infeksi ini yaitu derajat keparahan penyakit pasien, rawat inap yang terlalu lama, usia rentan (terlalu muda atau tua) dan penggunaan alat bantu pernapasan (ventilator).
merujuk ke paragraf 3 angka 2, berarti tempat-tempat seperti rumah sakit dan klinik memang tempat yang membahayakan untuk terjadinya infeksi ya Mas? antisipasinya gimana ya Mas, sementara misalnya, kita harus nungguin anggota keluarga yang sakit.
ReplyDelete