Askep Ventilasi Mekanik

Askep Ventilasi Mekanik.Ventilasi mekanik adalah suatu alat yang dipergunakan dalam hal membantu sebagian ataupun seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi seorang pasien.Dan bagi rekan-rekan sejawat khususnya yang berdinas di Intensive Care sudah menjadi pekerjaan sehari-hari dalam melaksanakan askep ventilasi mekanik ini. Semoga nantinya yang akan dishare dalam Blog Keperawatan ini mengenai askep ventilasi mekanik ini akan bisa memberikan manfaat.

Sahabat semuanya agar bisa lebih memudahkan dalam hal mempelajari askep ventilasi mekanik ini bisa terlebih dahulu membaca tentang apa itu ventilasi mekanik dan juga mengenai macam dari ventilasi mekanik.Langsung saja sahabat ke dalam asuhan keperawatan atau askep ventilator ini.

askep ventilator, Blog Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul pada askep ventilator ini adalah :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi ditandai dengan perubahan dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan, sianosis, penurunan PO2, saturasi O2, dan peningkatan PCO2, peningkatan kerja pernapasan dengan menggunakan otot aksesori.
- Kriteria Hasil : Kemudahan dalam bernafas, terbebas dari kegelisahan dan dyspneu, BGA dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Intervensi Keperawatan :
a. Monitoring tanda-tanda vital yang terdiri dari :
  • Monitoring tekanan darah, nadi , suhu tubuh, dan status pernafasan.
  • Monitoring irama dan kecepatan denyut jantung.
  • Monitoring adanya kemungkinan sianosis.
  • Monitoring warna, temperature, dan kelembaban kulit.
  • Monitoring dan laporkan jika ada hipotermi dan hipertermia.
b. Monitoring respirasi yang terdiri dari :
  • Monitoring irama, kecepatan, kedalaman, dan usaha pernafasan
  • Auskultasi bunyi paru
  • Monitoring tanda-tanda kelelahan, cemas.
  • Monitoring kemampuan batuk efektif pasien.
  • Monitoring sekresi pernapasan pasien.
  • Monitoring kesiapan ventilator mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi, dan penurunan tidal volume.
  • Lakukan resusitasi jika diperlukan
c. Therapi oksigen yang terdiri dari :
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas.
  • Monitor aliran oksigen.
  • Lakukan pengecekan secara periodik peralatan oksigen untuk memastikan oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Berikan suplemen oksigen sesuai order.
  • Monitor efektifitas pemberian oksigen dengan menggunakan BGA ataupun alat pulse oxymetry.
  • Monitor tanda – tanda keracunan oksigen.
  • Monitor kecemasa pasien akibat kebutuhan oksigen.
d. Manajemen asam basa.
  • Pertahankan kepatenan akses intravena (Infus).
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas.
  • Monitor kemungkinan kehilangan asam (karena muntah, diare).
  • Monitor status hemodinamik, meliputi nilai CVP, MAP, PAP, dan PCWP jika ada.
  • Monitor BGA, kadar elektrolit urin.
  • Monitor gejala gagal nafas.
  • Monitor tanda – tanda memburuknya ketidakseimbangan elektrolit.
  • Berikan oksigen secara adekuat.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan ditandai dengan perubahan dakam frekuensi dan kedalaman pernafasan, penurunan kapasitas vital / volume paru total, takipnea / bradipnea atau henti nafas bila dilepaskan dari ventilator, penurunan PO2 dan SaO2, peningkatan PCO2, sianosis.
- Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan efektif melalui vetilator dengan tidak ada retraksi / penggunaan otot aksesori, sianosis, atau tanda lain dari hipoksia, saturasi oksigen dan hasil BGA dalam rentang nilai normal, menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi pernafasan, berpartisipasi dalam upaya penyapihan ventilator dalam kemampuan pasien.
- Intervensi Keperawatan :
  • Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan nafas ventilator.
  • Auskultasi dada secara periodik, catat ada / tidak dan kualitas bunyi nafas, bunyi nafas tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
  • Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air. Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke wadah.
  • Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi yang diinginkan / ventilator.
  • Bantu pasien dalam kontrol pernafasan bila penyapihan diupayakan / dukungan ventilator dihentikan selama prosedur / aktivitas.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan batuk ditandai dengan perubahan frekuensi atau kedalaman pernafasan, nunyi nafas tak normal, gelisah / ansietas, sianosis.
- Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan aspirasi dicegah
- Intervensi Keperawatan :
  • Kaji kepatenan jalan nafas.
  • Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan lendir.
  • Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi nafas bilateral.
  • Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien.
  • Kolaborasi dengan fisioterapis dalam melakukan postural drainase.
  • Kolaborasi medis dalam pemberian bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi.

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai beberapa askep ventilasi mekanik dan semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semuanya.

0 komentar: